Tak biasa ku mengunjungi taman
ini pagi hari, biasanya menjelang mentari terbenam ku menungggu disini. Seperti
mencari kehidupan baru, ku lihat mentari menyapu gelapnya malam, membasuh pagi
dengan lembutnya embun di pelepah daun, sungguh menyejukkan kalbu. Mengurai kabut
diantara bunga-bunga liar. Berharap semua akan berubah menelan diriku kembali
di masa itu.
Ku letakkan buku saku yang
selalu ku bawa, mulai membuka lembaran demi lembaran. Ku perhatikan kata demi
kata yang ku rangkai, tersusun menjadi kalimat yang menyesakkan jiwa. Entah mengapa
ku torehkan kata-kata itu seperti belati yang menusuk hati masuk ke dalam kalbu
yang kosong, penuh dengan amarah. Ku pandangi satu demi satu halaman yang penuh
dengan warna, ku robek satu persatu halamannya, berharap tak pernah ada dalam
buku ini.
Ku hanyut kan
lembaran-lembaran itu dalam bentuk perahu mainan, jauh dan semakin tenggelam. Seperti
itu pula aku sekarang.
Ya Rabb..
Aku tahu waktu itu takkan terulang
Maka itu aku tenang,
takkan ada rasa menyesakkan lagi,
Biarkan ia membenciku, melebihi rasa cinta
yang pernah ada
Biarkan kemarahannya menutup hatinya
untukku
Semoga kebencian yang tersemat dalam
hatinya,semakin kuat dan semakin dalam
Aku yakin ia akan mendapat cinta yang baru
Secepat yang pernah ia lakukan waktu itu
Secepat itu pula ia menampar hati yang
lemah
Sementara ku pergi, meninggalkan bayangan
malam
tanpa pernah menghiraukan dirinya
ku
tinggalkan buku saku ini di tepian, seperti itu pula kutinggalkan masa lalu
yang pernah singgah dan ku torehkan.
Ku berdiri
dan mulai pergi meninggalkan tempat ini. Berjalan menjauh...sampai terasa lemah
tuk melangkahkan kakiku lagi.