Senin, 13 Agustus 2012

Di Tepian Fajar



Tak biasa ku mengunjungi taman ini pagi hari, biasanya menjelang mentari terbenam ku menungggu disini. Seperti mencari kehidupan baru, ku lihat mentari menyapu gelapnya malam, membasuh pagi dengan lembutnya embun di pelepah daun, sungguh menyejukkan kalbu. Mengurai kabut diantara bunga-bunga liar. Berharap semua akan berubah menelan diriku kembali di masa itu.
Ku letakkan buku saku yang selalu ku bawa, mulai membuka lembaran demi lembaran. Ku perhatikan kata demi kata yang ku rangkai, tersusun menjadi kalimat yang menyesakkan jiwa. Entah mengapa ku torehkan kata-kata itu seperti belati yang menusuk hati masuk ke dalam kalbu yang kosong, penuh dengan amarah. Ku pandangi satu demi satu halaman yang penuh dengan warna, ku robek satu persatu halamannya, berharap tak pernah ada dalam buku ini.
Ku hanyut kan lembaran-lembaran itu dalam bentuk perahu mainan, jauh dan semakin tenggelam. Seperti itu pula aku sekarang.
Ya Rabb..
Aku tahu waktu itu takkan terulang
Maka itu aku tenang,
takkan ada rasa menyesakkan lagi,
Biarkan ia membenciku, melebihi rasa cinta yang pernah ada
Biarkan kemarahannya menutup hatinya untukku
Semoga kebencian yang tersemat dalam hatinya,semakin kuat dan semakin dalam
Aku yakin ia akan mendapat cinta yang baru
Secepat yang pernah ia lakukan waktu itu
Secepat itu pula ia menampar hati yang lemah
Sementara ku pergi, meninggalkan bayangan malam
tanpa pernah menghiraukan dirinya
ku tinggalkan buku saku ini di tepian, seperti itu pula kutinggalkan masa lalu yang pernah singgah dan ku torehkan.

Ku berdiri dan mulai pergi meninggalkan tempat ini. Berjalan menjauh...sampai terasa lemah tuk melangkahkan kakiku lagi.