Senin, 16 April 2012
~ Mahar ~
Senin, 02 April 2012
*Serpihan embun pagi
Malam tlah menghempas lelah
Menghapus diri dari sinarnya rembulan
Telah kau baringkan jiwa, namun tetap tegap ketika ku datang
Tak pernah ku lihatnya mengeluh dalam jiwa
Meski ku tahu beban amanah dalam dakwahnya
Rasa memang tlah mati untuknya
Namun hati suka menggoda tuk menatap jiwanya
Meyakinkan dalam diri bahwa telah ada hati disini
Tapi..
Rasa telah pergi dibawa bulir hujan tadi pagi
Belumlah senja jika ingin kembali
Namun telah ku ambil jalan pasti
Menempuh keabadian yang hakiki
Kini... tak lagi ku ukir diri
Dalam kisah yang tak pastii..
Tak tahukah dirimu
melihat diri dalam gelapnya malam
** seuntaian kata ketika mengenang masa itu...
***Ku hampiri masa itu***
Dalam curahan kasih yang tersisih
Ku pahami makna cinta yang hakiki
Tak ada yang tersakiti, tak ada yang terlukai
Dan tak ada pula yang menanti..
Ku mengerti kesederhanaan diri
Laksana hempasan hujan
Yang membisu menjatuhkan diri
Di balik pelik tirai kelabu
Ketahuilah...
Kesederhanaan telah kumiliki jauh sebelum mengenalnya
Tetapi..
Tak sedikitpun ku harapkan cintanya
Sangat mengerti akan diri yang tersisih
Telah kupasrahkan kemelut hati
Telah ku kutahui telaga besar dihadapannya
Yang siap mengarungi gelombang kehidupan
Itulah mimpinya
Besar laksana mampu menggenggam
Telah lama ku lepas yang ada karenaMU
Dan ku yakinkan bahwa tak pernah ada cinta untukku
cukupkan dalam kejauhan yang tak tehingga
Tak ada sapaan untuknya
Takkan pula kutampilkan diri
Ku telah lihat bunga yang bersandar dalam jerujinya
Tak berani sedikitpun ku dekati kembali
Karena akan ada duri yang siap menghujam
Dalam dekapan cinta kasihMU
Kurasakan makna cinta yang sebenarnya
*Ketika cinta itu dihijrahkan, tak ada rasa yang tersakiti
Itulah sejak awal ku mengenalnya