Hari minggu pagi di bulan ini
mengubah pagi yang biasa ku lewati. Ku bergegas menuju Monas pagi ini jam 7. Ku
rapihkan semua pekerjaan rumahku jauh lebih awal. Aksi pertama yang ku lakukan
di Monumen Nasional ahad pagi sungguh luar biasa, aksi mengenai hari tutup
aurat nasional ini dihadiri oleh lembaga dakwah kampus dan juga aktivis dakwah
membuat suasana semakin meriah. Disini meski banyak orang yang tak ku kenal
namun kita menjadi satu untuk berorasi.
Hal pertama yang kami lakukan
adalah membagi tiga kelompok besar akhwat dalam tiga titik, kami berkeliling
membagikan stiker, jilbab dan juga elembaran taujih mengenai tutup aurat,
sasaran kami adalah wanita, baik sudah berkerudung maupun yang belum berkerudung.
Pada awalnya aksi ini seperti tak terkoordinir kami terpisah-pisah tak ada yang
tahu kami sedang aksi. Namun aku tak kecewa dan tetap semangat membagikan
stiker dan selebaran tata cara memakai jilab syar’i.
Di tengah-tengah kami membagikan
stiker kelompok ikhwan membawa spanduk dan menyanyikan yel-yel dengan irama “iwa
peyek” yang dirubah liriknya menjadi “ayo tutup ayo tutup auratmu” yang sontak
membuat kami tersenyum segar. Mereka sungguh kreatif mengambil perhatian masa dan
akhirnya kami pun bergabung dengan kelompok ikhwan untuk long match menyatukan
suara berkeliling monas.
Pada saat itu kami menjadi
sorotan pengunjung Monas, dan berhasil mengalahkan Dahlan Iskan yang juga
sedang berada di monas dalam peluncuran bukunya. Sungguh menarik ketika event
organizer mengeraskan suara untuk mengalahkan yel-yel kami, kami pun tak kalah
diam sambil mengambil alih suara tersebut yang membuat kami sangat semangat
untuk terus menyanyikan yel-yel.
Gema takbir yang diselingi dalam
yel-yel tersebut membuat kami sangat semangat, terus membara dalam diri meski
teriknya matahari dan juga lelahnya kaki dalam melangkah tak menyurutkan kami
untuk terus berorasi.
Lewat ini mereka melihat kami,
lewat pakaian kami berdakwah
lewat jilbab kami berdakwah
lewat stiker “tutup aurat” kami
berdakwah
dan lewat yel-yel selentingan
kami berdakwah.
Itulah sensasi ketika kami
menjadi satu. Sungguh menyenangkan, meski lelah kami harap banyak yang
tersentuh hatinya dalam menutup aurat dan mengubah tanggal 14 februari menjadi
hari tutup aurat nasional dan juga internasional.
Sungguh moment pertama dan
sungguh mengesankan yang telah ku lakukan ahad 10 februari lalu. Dengan jalan
seperti itu mengajarkanku untuk terus berdakwah tak pantang menyerah,
menjadikanku lebih peka dengan lingkungan, membuat hati ini semakin menyadari
pentingnya dakwah. Sebagai aktivis dakwah, yang berjuang membela dan menjaga
agamaMU.
Sungguh berntung ku berada
disini, mempunyai kesempatan ini, walau yang lain menghabiskan dirinya dengan
tidur, nonton tv, atau bermalas-malasn di rumah. Namun ku semakin semangat akan
kata “aktivis dakwah” tidak hanya kuliah pulang namun banyak pelajaran berharga
yang ku dapat bukan dari bangku perkuliahan.
Aku sangat bersyukur bisa
berorganisasi karena banyak ilmu, pengalaman, dan juga ikhwah baru yang ku
dapat. Tidak hanya mementingkan IP atau IPK semata, namun juga bagaimana kita
dapat berkontribusi mengembangkan intelektual dan kepekaan terhadap sesame,
meki banyak kerikil tajam dan juga duri yang menghiasi jalan ini, aku mohon
teguhkan aku untuk tetap berada dijalanMU..
Aamiin
sungguh terasa indah dan manisnya ukhuwah
islamiyah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar