Rabu, 08 Februari 2012

Ketika Akhir Menjadi Awal Perjalanan



Sungguh betapapun banyak jalan yang ada, namun hanya ada satu jalan menujuNYA. Meski yang lain terasa ringan dan indah namun percayalah bahwa ini yang akan membawa kebahagian abadi. Kebahagian hakiki yang dihuni oleh hamba-hamba shalihin.

Ku tapaki jalan yang telah ku yakini adanya. Terasa sepi.. walau sempat ragu dalam melangkah tetapi inilah pilihanku.Telah ku mantapkan hati dan raga, meski duri, kerikil, dan batu besar yang menyiksa diri tetapi takkan ku menyerah tuk susuri perjalanan ini.

Semakin lama semakin tak ada orang yang lihat, sejauh mata ku pandangi akan ujung perjalanan panjang ini, namun tak kulihat adanya. Mungkin masih sangat panjang, sampai tak bisa ku taksir pada jarak yang tak berhingga.

Ingin rasanya ada yang menguatkanku dalam kesendirian, menopang dalam kelelahan jiwa, merangkul dalam ketidakpastian hidup dalam menyusuri kehidupan ini. Ku tahu belum saatnya ku bersamanya atau mungkin takkan pernah bersamanya menapaki jejak kehidupan.

Seringkali badai itu datang menguji, menghempaskan diri pada kemunduran dan keraguan menuti hidup. Ingin ku tenggelam terhisap jauh sampai akhir hidup ini. Namun tak ada yang bisa menolongku dalam lingkaran ini kecuali menguatkan hati bahwa akan ada perjumpaan denganNYA.

Jika gelombang dahsyat itu datang menghujam, segera ku akhiri harapan hidup lagi. Namun bolehkah ku mengharap kesudahan hidup.. aku tahu belum ada tempat kepastian di hadapanMU, namun hari ini tepat dihari ini ingin rasanya izroil datang mengambil ruh-ku, meninggalkan jasad yang telah ku pinjam selama ini. Tetapi apakah ruh-ku menjadi penantian bagi para penjaga Arasy? Apakah kain kafan yang menyelubungiku kelak akan dihampiri jutaan malaikat yang berebut memegang tiap ujung-ujungnya, yang dihinggapi bau misik menyebar ke seluruh alam dan menyambut bahwa akan ada tempat dalam surga yang tersedia untuk ruh ini??

Ataukah para malaikat justru enggan menghampiri jasadku dan melempar-lemparkan laksana bola voli dalam permainan yang sekeras mungkin ingin menjatuhkanku dalam pedihnya siksaan akhirat?

Aku tak ingin dibenci para malaikat, tak ingin mereka tak menghampiri dan menjauhi ruh ini. Aku ingin para penjaga Arasy menunggu-nunggu kehadiranku ini menyambut istana surga yang telah di bangun megah di dalamnya. Sungguh itulah kebahagiaan yang hakiki dan abadi. Tak kan ku biarkan kebahagian dunia menukarnya. Maka ku nasihati hati bahwa duri dan kerikil tajam yang telah menghujani tubuh ini akan ada kesudahan dari buah kesabaran dan kelapangan. Biarlah semua yang ada cukup ku rasa sendiri, meski menyesakkan takkan ku biarkan terbuka dan terluka. Hanya dalam kesendirian diri ku pasrahkan jatuhnya diri padaNYA.

*sesungguhnya kematian adalah jalan utama menuju perjumpaan denganNYA

Tidak ada komentar: