Setiap saat ku berdiri di tempat
ini, selalu ada dirinya di tepi pesisir ini. ingin ku mendekati hanya untuk
melihat wajahnya, namun selalu saja tak berhasil. ketika ku dekati, ia seperti
tahu ku menujunya. aku selalu kehilangan bayangannya. entah apa yang terjadi,
terkadang ku tuliskan di daun-daun yang berguguran, namun tetap tak ada
jawaban. Aku merasa putus asa hingga akhirnya ku putuskan tuk pergi, dan berhenti.
ternyata bukan aku yang
berhenti, namun ia yang pergi dan menjauh, aku tak bisa melihatnya lagi. aku
seperti kehilangannya, walaupun tak pernah sedikitpun ku lihat wajahnya. Hari,
bulan, dan juga tahun telah kulewati. Menanti nya disini. Aku tak mengerti,
mengapa ku bersikap seperti ini. Namun hanya untuk melihatnya saja cukup
bagiku.
Ku cabik dedaunan yang ku
pegang, seperti meronta waktu itu. Menyisakan waktu yang terbuang, dan tanpa
arti. Tepat habis daun tak bersalah itu,
ku habiskan pula waktu ku disini. Mungkin memang tak akan kembali dirinya
disini. Ku lihat diary tentangnya disini, tanpa arti…tak ada harapan, hanya
khayalan.
Ketika ku berbalik arah, tepat
dihadapanku. Ia melihatku. Bukan lagi di tepian pesisir namun ia berdiri beberapa
meter dihadapanku. Tak ada ucapan, aku hanya tersenyum melihatnya, tersenyum
karena ku tahu ia orangnya.
Tak ada yang berubah, sungguh ia
yang ingin ku lihat. Sungguh ia yang ku tunggu selama ini. Aku pun mendekatinya
dan ingin ku serahkan kisahku di buku ini, namun tak sampai ku ditempatnya
berdiri ia memberikan sebuah box ungu muda, persis dengan kesukaanku. Tak
sampai ku membuka dan berbincang dengannya ia pergi, secepat waktu itu tanpa
meninggalkan satu kata pun untukku.
Ku lihat bayangannya yang pergi
di selimuti senja sore ini. Menyesal, namun ku rasakan bahwa angin telah
berbisik dalam telingaku. Ku akhiri hari ini..
Belumlah berani membuka box ini
entah apa isinya, aku tak pernah tahu namanya, bahkan wajahnya pun baru sakali
ku lihat. Namun benarkan ini cinta? Seperti inikah cinta?
Ku rasa bukan, cinta bukan
seperti ini. Aku tak tahu dan tak pernah tahu makna cinta. Aku hanya cinta
Allah, rasul, keluarga, dan juga umat islam. Namun rasa ini berbeda dengan
ikhwan itu.
Ku hanya mengaguminya hingga
hatiku beku, sedih, dan juga tersendiri. Aku menantinya tanpa tahu siapa dia,
aku menunggunya tanpa sadar apa ia juga menungguku. Waktu-waktu yang kurasa
sia-sia telah kuhabiskan. Dan kini tepat dihadapanku benda apa ini.
Prasangka buruk selalu saja memenuhi
benakku, mungkin didalamnya ini undangan pernikahannya, mungkin ini souvenir
pernihakannya, atau mungkin ini hanyalah kotak kosong dari penantianku yang tak
berarti.
Kuberanikan perlanan membuka
dari pita bunga putih di atasnya, satu demi satu simpulnya ku lepaskan. Ku
lihat satu buah buku bacaan. Ternyata biografi hidupnya. Ku baca satu persatu
kata di dalam buku ini tanpa sedikitpun melewatkannya
Lama ku memahami bab X dalam
biografinya, ternyata telah ada satu nama dalam hatinya. Telah lama wanita itu
bersemayam dalam relung hatinya. Lantas, ada apa denganku. Telah jelas semua
penantian kesia-siaan diri ini.
Ku hanya meratapi diri,
menyia-nyiakan waktuku selama ini. Setelah diabaikan, dan kini ku tercampakkan.
Rasanya sungguh menyedihkan diri ini. Tetapi apa yang bisa ku perbuat.
Aku tak sanggup untuk meneruskan
membacanya, yang hanya membuat hati terkoyak. Ku pergi ke tepian hilir yang
sudah lama tak pernah ku kunjungi lagi. Ku bermain dengan air dipermukaannya
menghapus wajah yang tergenang air mata. Dalam hati ku katakan jangan lagi menangis,sambil mengusap
wajahku yang tercermin dalam air. Sudah cukupkan akhir dari harapanmu ini. Kini
kau lihat wajahmu layu dan tanpa semangat. Tutuplah hari ini, seperti yang
pernah kau tutup waktu itu. Kembalikan hidupmu. Lihatlah bahwa masih dunia ini
indah jangan kau lewatkan dengan mengurung pikiranmu. Pergi dan terbanglah,
kejar mimpimu sampai kelelalah itu yang lelah mengejarmu, sampai kaki mu tak
lagi kuat untuk mengayuh sampai raga tak lagi bisa kau tegakkan. Tapi simpanlah
dalam hati bahwa bara semangat masih bersemayam dalam hati dan jiwa.
Sekali lagi ku tinggalkan buku
yang telah kupegang di tempat ini. Berharap angin melenyapkan semuanya ditempat
ini….
tepat ketika ku terbangun mengusap air yang tersisa, bayangnya tepat di ujung jalan ini.......